Keranjang Belanja

Alumni Pondok Pesantren antara Ortodoksi Keagamaan dan Sikap Akomodatif

Bagikan

MADANIA CENTER BABEL — Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam IAIN SAS Babel yang juga Direktur Madania Center Bangka Belitung, Rusydi Sulaiman menghadiri acara silaturrahim IKPM Korwil Bangka Tengah, di Wahana Tirtonirmolo Desa Terentang, Koba, Sabtu (4/5/2024).

Sikap antusias alumni pondok modern Gontor sangat nampak dalam acara tersebut dibuktikan dengan jumlah yang hadir. Para alumni dengan berbagai profesi mengikutkan keluarga mereka.

Ada nuansa berbeda saat para alumni tersebut berkumpul bersama, bersilaturrahim, satukan langkah untuk perkuat peradaban. Terlebih acara tersebut dihadiri oleh Bupati Bangka Tengah, Al-Gafri Rahman.

Tak hanya itu, beberapa pimpinan pesantren yang juga alumni turut menghadiri acara tersebut diantaranya KH. Sopyan Abuyamin, K. Syamsuddin Zakaria dan Ustadz H. Ahmad Yani (Pesantren Darul Abror), Ustadz Masyhuri (MTHQ Puding), KH. Sopyan Abdurrahman (Manabi’ul Karomah}, Ustadz Harizan (Dar el-Ihsan, Ustadz Doni (Madinatul Ilmi Pemali), Ustadz Amir Syuhada (pesantren at-Toibah) dan Ustadz Wendy (Darul Musthofa).

Bagi alumni, Pondok Modern Darussalam Gontor tak sekedar almamater seperti lembaga pendidikan yang memberikan ijazah, namun pesantren tersebut bagaikan ibu kandung yang melahirkan dan membentuk karakter anak didiknya dengan segala nilai, ruh, tradisi dan prinsip hidup pribadi dan kemasyarakatan.

Hal tersebut mencirikan alumni Gontor, berbeda dengan lulusan lembaga umumnya. Kekuatan tersebut memotivasi sang bupati untuk hadir dan memberikan apresiasi.

“Saya siap mendukung IKPM apalagi hal hal yang diperankan alumni untuk kebaikan dan kemaslahan umat,” kata Bupati Bangka Tengah, Al-Gafri Rahman.

Sementara itu, Ketum IKPM, Ustadz Edward Setiawan mengajak para alumni dan simpatisan untuk memperkuat silaturrahim dan berperan di tengah masyarakat apapun profesinya.

Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam IAIN SAS Babel yang juga Direktur Madania Center Bangka Belitung, Rusydi Sulaiman mengatakan, alumni pondok pesantren harus tegar saat berada di tengah masyarakat. Apa yang dilihat, didengar dan dialami alumni saat mondok dulu adalah bekal untuk berkiprah.

“al-Muhaafazhah ‘alal-Qadiimish-Shaalih wal-Akhdzu bil-Jadiidil Ashlah adalah prinsip yang mesti dipegang teguh. Mereka diharapkan tetap berpijak pada ortodoksi keagamaan, dan kemudian tetap akomodatif terhadap segala hal yang mempengaruhi,” katanya.

Menurutnya, alumni tetaplah santri yang senantiasa menjaga nilai nilai kepesantrenan.

Acara tersebut juga dihadiri sejumlah tokoh yang juga merupakan alumni diantaranya Ustadz Zuhri Sadzili, Ustadz Dede Permana, Ustadz Rustam Effendi, Andi Rahmat, Muslim Anshori, Mahmud dan Imam Wahyudi.

Keragaman peran tokoh-tokoh tersebut dan alumni lainnya menyentuhkan warna tersendiri bagi masyarakat. Tiga jalur yang ditempuh adalah: pertama, legal formal (birokrasi pemerintahan sebagai eksekutif, legislatif dan yudikatif); kedua, Islam substantif sebagai tokoh pemikir, ulama dan akademisi di perguruan tinggi; dan ketiga, social transformation sebagai kyai atau tuan guru yang memimpin pondok pesantren dan atau mengelola lembaga sosial tertentu (NGO’s; beberapa Non Governmental Organization). (*)