MADANIA CENTER BABEL — Dalam proses belajar-mengajar, perkuliahan khususnya terdapat beberapa prinsip yang mesti dipenuhi.
Prinsip-prinsip tersebut diantaranya dzakaaun (kecerdasan), hirshun (tamak ilmu), juhdun (giat), ijtihaad (pengorbanan), thuuluz-Zamaan (belajar tanpa batas) dan shuhbatul-Ustaadz (kedekatan hubungan guru-murid). Bila tidak demikian, maka proses tersebut akan terasa hampa.
Selain aspek akademik, seorang dosen juga memiliki tanggung jawab terhadap keberadaan anak didiknya (mahasiswa).
Suasana positif dirasakan oleh Rusydi Sulaiman sebagai dosen yang memiliki jabatan fungsional selain tugas tambahan, Dekan Fakultas Dakwah Komunikasi Islam IAIN SAS Bangka Belitung karena diampukan kepadanya satu kelas spesial dari beberapa kelas, yaitu kelas PAI (Pendidikan Agama Islam) Fakultas Tarbiyah Semester 2i, terdiri dari 6 mahasiswa (1 laki-laki dan 5 perempuan).
Keenam mahasiswa tersebut diantaranya Nur Khaliq Rahman, Dareen Najwa Zakiyah, Atika, Bonis Rantini, Firda, dan Melisa Indah Saputri. Mereka adalah penghafal Al-Qur’an dan guru yang mengabdi di MTHQ Puding Mendobarat Bangka asuhan Ustadz Masyhuri.
Rusydi Sulaiman berharap suasana belajar di kelas-kelas lain juga demikian, dan hal tersebut menjadi tanggung jawab perguruan tinggi.
“Dua unsur substansial di lembaga tersebut adalah dosen dan mahasiswa. Bila kedua unsur tersebut bersinergi, maka majulah perguruan tinggi,” kata Rusydi.
Disebut cerdas, kata Rusydi, karena mereka adalah penghafal Al-Qur’an sehingga mudah mengingat materi ajar; disebut tamak ilmu, giat dan penuh pengorbanan karena mereka meluangkan waktu khusus untuk kuliah di perguruan tinggi, selain mengabdi sebagai guru dan menjaga hafalan (tahfizh) Al-Qur’an.
Disebut tanpa batas waktu karena mereka merasa tidak cukup dengan profesi guru; dan adanya shuhbatul-Ustaadz, yaitu mereka benar-benar memposisikan diri sebagai murid/ mahasiswa dan sangat menaruh sikap hormat kepada guru.
Bila demikian, suasana kelas menjadi lebih positif. Mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam dan Melayu yang diampukan menjadi sangat menyenangkan dan mudah dicerna.
“Mengampu mata kuliah tidaklah sekedar transmisi ilmu dari dosen ke mahasiswa, melainkan mendidik, menyentuhkan hal-hal positif untuk penguatan kepribadian, pengembangan diri serta bidang-bidang lain sebagai bekal kehidupan agar bahagia di dunia dan akhirat,” jelasnya.
Menurutnya, menjadi dosen tidaklah mudah. Maka ketika profesi tersebut diraih pastinya sangat menyenangkan apalagi diniatkan ibadah. (*)