Keranjang Belanja

Rusydi Sulaiman: Puasa Bukan Sekedar Menahan Lapar dan Haus

Bagikan

MADANIA CENTER BABEL — Puasa tidak sekedar puasa dalam pengertian tidak makan dan tidak minum serta meninggalkan hal-hal yang membatalkan ibadah tersebut, melainkan puasa secara cerdas.

Akal potensial menegaskan bahwa manusia adalah mikrokosmos sebagai bagian kosmos ciptaan Allah, Dzat yang memiliki akal aktif. Akal aktif mengemanasikan atau menyentuh akal-akal dibawah-Nya termasuk akal potensial yang dimiliki oleh manusia tertentu.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Madania Center Bangka Belitung sekaligus Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syaikh Abdurrahman Siddiq Bangka Belitung, Rusydi Sulaiman saat mengisi taushiyah pembinaan spiritual bagi pejabat eselon Pemda Bangka Tengah di Kantor Bupati Bangka Tengah, Selasa (21/3/2023).

“Maka berpuasa merupakan salah satu cara bagi manusia untuk menselaraskan sinergitas antar manusia  (mikrokosmos) dengan alam (kosmos) dan Tuhan, Allah al-Khaaliqul-Ma’buud (yang menciptakan kosmos-kosmos). Jadi ibadah termasuk puasa di Bulan Ramadhan adalah kemestian bagi manusia (umat Islam) sebagai bentuk penghambaannya kepada Allah Swt. Berpuasalah sehingga sehat apalagi disertai dengan akal sehat (logika),” jelasnya.

Selain itu, Rusydi juga menjelaskan bahwa puasa cerdas yaitu puasa dengan kedalaman kalbu. Kalbu yang dalam adalah suasana kejiwaan yang tergiring untuk lakukan optimalisasi diri secara bertahap; Tazkiyatul-Qalbi (pensucian kalbu) dan kemudian Tazkiyatur-Ruuh (pensucian jiwa) pasca Tazkiyatul-Badani (pensucian raga). Pastinya fisik yang sehat akan sangat berpengaruh terhadap akal dan juga jiwa yang sehat (al-‘Aqlus-Saliim fil-Jismis-Saliim).

“Sehingga, puasa tidak hanya ditunaikan secara biasa, melainkan dengan cara yang sesungguhnya sehingga dirasakan kedekatan hubungan seorang hamba dengan Allah, dzat Yang Maha Suci. Nur Ilahi akan

tersentuhkan kepada hamba-hamba-Nya yang tertentu, yaitu mereka yang mencerdasi Ramadhan dengan cara optimalkan akal dan,” ucapnya.

Satu motivasi besar bagi orang berpuasa, jelas Rusydi, Allah akan melipatgandakan pahala nya, dan disebutkan dalam hadits Qudsi, Allah menghubungkan diri-Nya dengan ibadah puasa, yaitu: “ Yaquulullaah Tabaaraka wata’aalaa: Kullu ‘Amal ibni Aadama lahu illa ash-Shaumu, Fa Innahu liy, wa Anaa Ajriy bihi” (Allah berfirman: Seluruh amal bani Adam (manusia) akan kembali kepada diri mereka kecuali puasa, sebab sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya)

“Apapun bentuk ibadah yang dilakukan dalam Bulan Ramadhan, baik wajib, sunnah maupun yang dianjurkan tidak hanya bersifat zhahir (shuuratul Ibaadah), tapi diharapkan tercapainya hakikat ibadah tersebut (haqiiqatul Ibaadah),” harapnya.

Ia berharap dengan sikap semangat mencerdasi Ramadan akan memiliki nilai tersendiri di hadapan Allah Swt. Dan ibadah tersebut setidaknya menjadi tolak ukur diri bahwa kita sebagai hamba-Nya yang selalu bermuhasabah dari tahun ke tahun. (*)