MADANIA CENTER BABEL — Dengan bekal potensi akal dan kalbu, manusia terkadang mengalami kendala dalam mengatasi masalah yang dihadapinya, kemudian mengeluh dan mengadu kepada pihak lain diluar dirinya yang diyakini memiliki kekuatan magis.
Bila yang diyakini benda-benda mati memiliki kekuatan, disebut dinamisme. Dan bila roh-roh tertentu, maka disebut animisme; meyakini banyak tuhan, beberapa tuhan dan kemudian satu tuhan.
Fenomena tersebut mengusik ghirah akademik Rusydi Sulaiman, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Babel sekaligus Direktur Madania Center Babel.
Rusydi diundang pengurus Masjid al-Yusro Timah TBK untuk memberikan tausiyah bagi para jama’ah, pegawai, tamu dan masyarakat setempat, yang berlangsung Selasa (4/6/2024) ba’da zhuhur.
Dimana kegiatan tersebut merupakan rutin mingguan dalam rangka meningkatkan kesadaran beragama dan keagamaan pegawai.
Rusydi Sulaiman menjelaskan bahwa nabi-nabi terdahulu dan juga Ibrahim as. (QS, al-Baqarah(2): 127-129 diutus untuk mengusung Monotheisme melawan penguasa dan masyarakat yang meyakini Politheisme.
Kemudian muncul agama-agama Wahyu (divine religion, diakhiri Agama Islam yang diemban oleh Muhammad saw. sebagai nabi akhir zaman. Tegas Rusydi, Islam bukan sekedar monotheistic melainkan agama tauhid.
“Mentauhidkan bermakna meng-Esa-kan Tuhan, Allah Swt. Tiada tuhan selain Allah yang mutlak dan segala sesuatu selain-Nya adalah relatif. Manusia memiliki keharusan kosmologi, menghaturkan penghambaannya kepada Tuhan. Lalu Tuhan mengemanasikan dzat- Nya kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya,” jelasnya.
Untuk itu, Rusydi Sulaiman mengajak jama’ah perkuat nilai ketauhidan dengan penuh iman; tashdiiqun bil-Qalbi (membenarkan dengan hati), al-Iqraar bil-Lisaan (bertutur denga lidah), wal-A’maal bil-Arkaan (menunaikan norma-norma agama).
“Tauhid merupakan salah satu dari tiga nilai ajaran agama Islam yang sumbernya Al-Qur’an dan Sunnah, disebut akidah (keyakinan), Ushuluddin (dasar-dasar agama dan ilmu tauhid, ilmu yang membahas tentang ke-Esa-an Tuhan, Allah Swt. Bila pembahasan itu dengan argumentasi rasional, maka disebut ilmu kalam (theologi).
Lanjutnya, disebut urang Lom karena Lom besunat atau belum beragama, baru berkonversi urang lah, yaitu lah besunat atau sudah beragama, baru tingkatkan peradaban. Disebut Melayu-muslim (malay-moslem) karena mereka sudah memeluk agama Islam. (*)