FDKI-TVRI Bangka Belitung dalam Program Lentera Qolbu; Tafsir Al-Jalalain QS.An-Nas

Bagikan

MADANIA CENTER BABEL — Melanjutkan seri sebelumnya, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam IAIN SAS Bangka Belitung, Rusydi Sulaiman terjadwal sebagai narasumber program Lentera Qolbu; Tafsir Al-Jalalain QS.Surat An-Nas, Kamis, (5/9/2024).

Surat An-Nas menurut Rusydi Sulaiman sebagaimana dikutip dari beberapa sumber turun di Mekkah (Makkiyah), terdiri dari enam ayat. Sebagian ulama menyebutnya Madaniyah. An-Nas berarti manusia, merujuk ke makna; sejenis manusia dan atau sekelompok orang tertentu.

Kata,”An-Nas’ tercantum 241 kali dalam Al-Qur’an, terderivasi dari kata,”An-Naus”, berarti gerak, dan juga kata,”Unas”, berarti tampak.

“Manusia adalah sosok yang tampak dan bergerak, namun hakikatnya adalah makhluk yang lebih mulia dengan dua potensi, akal dan kalbu,” jelasnya.

Merujuk pada Hadits riwayat Bukhari dan Muslim yg bersumber dari Uqbah Ibnu ‘Amir al-Juhaniy,”Qul A’uudzu bi-Rabbin-Naas wa Qul A’uudzu bi-Rabbil-Falaq”, bahwa setiap hamba mesti berlindung kepada Allah pasca pengakuan dirinya sebagai makhluk yang diciptakan.

“Surat An-Nas mengandung maksud “al-Isti’aadzah”, yaitu permohonan perlindungan kepada Tuhan manusia. Rabb adalah Tuhan yang memelihara dan juga melindungi manusia,” tegasnya.

Adapun kata,”malikun” (dibaca pendek) dalam kata ,”malikin-Naas”mengindikasikan bahwa Tuhan adalah penguasa yang mengurus manusia, berbeda dengan kata, “maalikun”(dibaca panjang) dalam Surat Al-Faatihah, menggambarkan kekuasaan Tuhan atas sesuatu yang tidak bernyawa (dalam Tafsir Al-Misbah, jilid 15, hlm.753). Sama halnya kata “ilaahun”, dari kata,”aliha-ya’lahu”, berarti menuju dan atau memohon. Berarti Tuhan adalah Dzat yang dituju dan tempat memohon diri.

(min syarril-Waswaasil-Khannaash), dari kejahatan bisikan atau godaan tersembunyi dan berkali kali. Al-Jalalain menyebutkan setan dengan kata hadats karena intensitas persentuhan (all-Khannas), bersembunyi dan menjauhi Tuhan, Allah Swt.

Dalam dua ayat terakhir ditegaskan bahwa godaan berasal dari jinn dan juga manusia (syayaatiinal-Jinn wal-Ins) sebagaimana tertera dalam QS.Al-An’am (6): 112); mereka membisikkan dalam dada manusia agar tidak berdzikir dan lalai.

Sebagai penutup kajian, Rusydi Sulaiman yang juga Direktur Madania Center Bangka Belitung mengajak pemirsa Lentera Qolbu senantiasa bermuhaasabah; menyadari akan keterbatasan diri dan mengakui otoritas kemutlakan Allah dan berlindung kepada-Nya. (*)