Pasca Lebaran di Masjid Baitul Hasanah, Rusydi Sulaiman: Perkuat Kelembagaan Masjid di Tengah Keberagaman

Bagikan

MADANIA CENTER BABEL — Masjid awal mulanya dibangun hanya untuk ibadah, tempat shalat lima waktu, tidak untuk tujuan lain apalagi menyentuh hal-hal yang tidak berkaitan sama sekali dengan kelembagaan masjid.

Bila ada ide baru dari pengurus masjid sekalipun cenderung mengundang polemik, dan hampir pasti tertolak. Terkadang yang usul, disebut,”kaum baru”.

Masjid secara bertahap berubah dan berkembang ke arah lebih baik. Para pengurusnya beradaptasi dan berusaha mengembangkan manajemen kelembagaannya. Di daerah tertentu, beberapa rumah ibadah tersebut dilengkapi ruang administrasi, biro konsultasi agama dan keluarga serta perpustakaan. Masjid yang mulanya sebagai tempat ibadah ansich, kini difungsikan menangani segala persoalan umat. Selanjutnya masjid tertentu menjadi tujuan wisata religi karena beberapa kelebihan yang dimiliki.

Demikian juga Masjid Baitul Hasanah yang berlokasi dekat kampus Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, sejak dimulainya shalat Jum’at pada tahun 2007, tidaklah eksklusif. Masjid yang diketuai oleh Drs.H.Ika Rubiantari, PNS senior di IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung tersebut sangat terbuka, beberapa guru dan ustadz akademisi dari luar terjadwal juga sebagai imam dan khatib termasuk Rusydi Sulaiman, guru besar IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung.

Pada hari ini, Jum’at, 11 April 2025, Rusydi Sulaiman yang juga Direktur Madania Center Bangka Belitung bertugas sebagai imam dan khatib.

Dalam taushiyahnya, ia ajak para jama’ah optimalkan iman sebagai potensi Ruhani menuju ketakwaan sebagai prestasi Ruhani untuk peroleh keberkahan hidup di dunia dan juga akhirat kelak.

Tegas Rusydi, bahwa keberkahan bersumber dari Allah Swt. dan dianugerahkan kepada orang-orang terkhusus, yaitu mereka yang lekatkan dirinya dengan nilai-nilai keislaman.

“Empat hal yang mesti diupayakan dalam proses mencari Rizki; pertama, maadiyah (materi yang didapat atas dasar niat baik (shahiih fin-Niyyah) dan proses yang baik (shahiih fit-Tahshiil); kedua, ‘aafiah (aman dan sehat, tanpa kendala dan rintangan); ketiga, naskah ( keturunan yg baik); dan keempat, disertai hidayah dan ridhallah,” jelasnya.

Masjid yang dibangun atas wakaf tanah dari tokoh Bangka, Rusli Rahman ( kakak kandung Prof.Dr.H.Bustami Rahman, M.A., Msc.), tidak hanya dipenuhi masyarakat setempat, tapi sivitas akademika Universitas Muhammadiyah juga berjama’ah secara rutin. Tak ketinggalan sejumlah pelajar SMA Muhammadiyah Bangka Belitung.

“Fakta tersebut pastinya memotivasi pengurus masjid agar bersikap terbuka di tengah keberagaman,” tambah Rusydi. (*)