MADANIA CENTER BABEL — Kurang lebih 300 mak-mak dan bak-bak (ibu dan bapak) yang disebut muaddib menyatu dan berkumpul di Masjid Kubah Timah Pangkalpinang, Kamis (7/11/2024).
Mereka berkumpul dalam sebuah forum kegiatan kajian keagamaan dalam kehidupan masyarakat Pangkalpinang.
Dalam kegiatan tersebut juga menghadirkan beberapa orang narasumber, tentunya yang sangat kompeten di bidangnya.
Bila biasanya tampil di forum seminar, kala ini Rusydi Sulaiman, Dekan FDKI (Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam IAIN SAS Bangka Belitung diundang menjadi narasumber kajian keagamaan tersebut.
Pastinya dekan tersebut harus beradaptasi dengan kondisi dimaksud dan berikan materi secara gamblang agar mudah dicerna walaupun substansinya sama, yaitu nilai ketauhidan.
“Alhamdulillah, faktanya para muaddib cukup antusias mengikuti kajian ini,” kata Rusydi.
Mengawali kajian tentang ketauhidan, Rusydi Sulaiman mengurai sejarah hidup para nabi dan hubunganmya dengan semangat mentauhidkan Allah SWT.! Adam as. yang memulai, Ibrahim as. melanjutkan (QS.al-Baqarah(2): 127-129), dan penegasan akhir di tangan Muhammad Saw. Tidak ada nabi pasca Nabi Agung terdebut
Selanjutnya Rusydi yang juga Direktur Madania Center Bangka Belitung itu membahas nilai ketauhidan secara detail dan sekali waktu memberi contoh fakta yang terjadi di tengah masyarakat.
Tegasnya bahwa nilai tersebut juga telah diwariskan oleh para pendahulu, Atok-Nek di Pulau Bangka.
Metodologi Pembelajaran Netar Batu di Desa Kemuja merupakan bentuk kajian tauhid (sifat duapuluh Allah SWT. yang dicontoh oleh guru-guru sebelumnya.
“Bila disebut adanya Urang Lom di Bangka, maka keyakinan mereka masih berupa animisme dan dinamisme atau bentuk keyakinan lain. Situasi tersebut lambat laun berkonversi ke monotheisme yang dalam Agama Islam penganutnya disebut Urang Lah. Melayu Muslim di Pulau Bangka mengindikasikan hal tersebut,” beber Rusydi.
Rusydi berharap kegiatan kajian keagamaan yang dikoordinatori oleh Rokiah.S.H ini dapat menyentuhkan keberkahan bagi Kepulauan Bangka Belitung. (*)