MADANIA CENTER BABEL — Sebanyak 40 orang terdiri dari perwakilan pengurus masjid, penyuluh agama dan PNS Kementerian Agama di Bangka Belitung mengikuti Pembinaan Masjid Percontohan, Kamis, 11 Juli 2024 M/ 5 Muharram 1446 H.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh BIMAS Kanwil Kemenag RI. Provinsi Bangka Belitung ini mengundang beberapa narasumber diantaranya, Ketua Umum MUI Babel : Prof. Dr. Zayadi, MAg, Dosen IAIN SAS/ Akademi Dr. Rusydi Sulaiman, M. Ag, Ketua Umum Masjid Agung Sungailiat Drs. H. Syaiful Zohri, Kabag Bantuan Biro Kesra Babel H. Sulaiman, SPdI, MH, dan Kasubdit Kemasjidan Kemenag RI : H. Akmal Salim Ruhana, SHI, MPP.
Dalam kesempatan itu, Rusydi Sulaiman menyampaikan bahwa kelembagaan masjid memang mesti diperkuat terutama pada fungsi normatifnya karena hal tersebut yang mencirikannya.
Sementara untuk kesempurnaan rutinitas kegiatan ibadahnya, masjid memiliki imam dan khatib tetap yang kompeten (afshahul-Kalaam wa ablagu sinnan), marbot yang sekali waktu mampu berperan di sela-sela ketidakhadiran imam shalat lima waktu. Masjid maksudnya harus terjaga rutinitasnya dengan nuansa keagamaan.
“Jangan ceroboh terkait penamaan masjid (harus sesuai kaidah Bahasa Arab/Nahwu-Sharaf) dan juga penulisannya (harus sesuai kaligrafi arab),” pintanya.
Selain itu, kata Rusydi yang juga Direktur Madania Center Babel itu mengatakan, optimalisasi fungsi sosial masjid sangatlah penting. Cukup banyak yang mesti ditangani, seperti urusan kematian, dana zakat dan wakaf, hewan qurban, PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) dan lain. Pengelolaan yang tidak benar terkadang menimbulkan konflik internal pengurus masjid.
“Menuju Masjid Percontohan, rumah ibadah tersebut perlu dikelola secara rapi atas dasar manajemen setidaknya merujuk pada standar yang diberlakukan Kementerian Agama RI,” bebernya.
Menurutnya, masjid tidak dikelola atas dasar emosi berlebihan, melainkan kesadaran keagamaan (religious consciousness) yang tinggi. Pengurus masjid juga mesti terbuka dan tidak merasa benar sendiri untuk pemantapan fungsi normatif dan juga peran sosialnya di tengah kultur masyarakat yang beragam.
“Ingat, masjid adalah baitullah dan bukan lainnya, dikelola kelembagaannya berpijak pada sejarah yang sebenarnya (lihat QS, Ali Imran(3): 96-97),” tegas Rusydi.
Terkait semangat mewujudkan Masjid Percontohan, Rusydi menyinggung Masjid Agung Sungailiat (MAS) setidaknya dapat dijadikan contoh bagi para pengurus masjid di provinsi ini.
Sebagai apresiasi, Rusydi juga memberikan buku terbitan MCPress kepada tiga orang peserta. (*)