MADANIA CENTER BABEL — Bila disebutkan istilah ,”Arba’atun Hurum” dalam QS At-Taubah (9): 36 , maka bulan-bulan dimaksud adalah Muharram, Rajab, Dzul-Qo’dah dan Dzul-Hujjah. Adapun Sya’ban berada antara Rajab dan Ramadhan.
Allah Hadir di bulan tersebut, khususnya pada malam Nishfu Sya’ban, sebagaimana disebut dalam Hadits Riwayat Thabroniy Nomor 16639, bersumber dari Mu’adz bin Jabal, bersabda Nabi Muhammad: “Yaththali’u Allah ‘Azza wa Jalla ‘alaa Khalqihi lailatan-Nishfi min Sya’baana, fayaghfiru lijamii,’i khalqihi lilla limusyrikin AU musyaakhinin”.
Allah mengampuni dosa hamba-Nya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan. Artinya terdapat nuansa positif di malam bulan tersebut dengan kesucian berkat sentuhan Nur Ilahi, Allah Swt.
Hal tersebut disikapi oleh Habib Zaky Jamalullail, ketua masjid Istiqlal Gandaria Pangkalpinang dan wakilnya Ustadz Ahyarudin mengundang Rusydi Sulaiman, Direktur Madania Center Bangka Belitung & Ketua MUI Provinsi Kep.Bangka Belitung Bidang Fatwa dan Penelitian untuk memberi taushiyah tentang hikmah malam Nishfu Sya’ban sekaligus Haul Syaikh Abdurrahman Siddik.
Acara malam itu diawali dengan Tahlil Bersama dan do’a. Taushiyah dimulai ba’da isya’ jam 20.30 WIB hingga 22.00 WIB setelah sebelumnya pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Ustadz Rasyid Ridho.
Sebagai akademisi dan Dekan FDKI IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, Rusydi Sulaiman mengurai sejarah masuknya Islam di Bangka dan peran para ulama,”Guru” termasuk Syaikh Abdurrahman Siddik, ulama pendatang yang menetap belasan tahun di Pulau Bangka.
Bila gagasan Tradisi Naon di Mekkah berada di tangan Akek Yamin (Batin Lamek, maka Abdurrahman menyemarakkannya. Di sela kegiatan dakwah di beberapa kampung di Pulau Bangka, Syaikh tersebut menulis beberapa kitab bertuliskan Arab-Melayu tentang nilai-nilai ajaran Islam; ilmu tauhid, fiqh dan akhlak-tasawuf.
“Tradisi yang bermuatan nilai kearifan lokal termasuk ajakan kebajikan di Bulan Sya’ban merupakan warisan para guru (ulama) di Bangka,” kata Rusydi.
Selanjutnya, Rusydi Sulaiman juga mengajak masyarakat untuk melestarikannya.
Kegiatan berakhir dengan ,”Nganggung”, makan bersama sambil berharap keberkahan dari Allah Swt. Mudah-mudahan acara tersebut memberikan hikmah terdalam bagi masyarakat sekitar. (*)