Malam Nuzulul-Qur’an di Masjid Jamik Kelapa Bangka Barat, Rusydi Sulaiman: Mengembalikan Tradisi Ngaji Ba’da Maghrib adalah Keniscayaan

Bagikan

MADANIA CENTER BABEL — Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang turun belakangan pasca Kitab-Kitab Suci yang melekat pada Nabi-Nabi sebelumnya, tepatnya abad ke-7 Masehi, disebut Al-Furqan. Mayoritas umat Islam mengapresiasi Kitab Suci tersebut dengan cara memperingatinya, yaitu Peringatan Nuzulul-Qur’an. Selain itu terdapat beberapa bentuk kegiatan yang berkaitan dengan Al-Qur’an.

Alhamdulillah, Ahad (16/3/2025) (malam 17 Ramadhan 1446 H), Rusydi Sulaiman, Direktur Madania Center Bangka Belitung diundang memberikan ceramah di Masjid Sirothol-Mustaqim Kelapa Bangka Barat dalam rangka memperingati Malam Nuzulul-Qur’an. Begitu banyak jama’ah yang hadir termasuk pengurus masjid dan tokoh masyarakat. Pastinya mereka sangat antusias mengikuti acara di malam tersebut.

Menurut Rusydi Sulaiman yang juga Dekan FDKI (Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam) IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, malam 17 Ramadhan merupakan kesempatan baik untuk memahami Al-Qur’an lebih detail; bermuhasabah, sejauh mana kita menyikapi kitab suci tersebut. Jangan-jangan umat Islam di Indonesia, khususnya masyarakat di Kecamatan Kelapa Bangka Barat tidak familiar dengan Al-Qur’an. H.Nasir, ketua Masjid Sirothol-Mustaqim Kelapa Bangka Barat dalam sambutannya mengajak para jama’ah agar memasyarakatkan Al-Qur’an.

Sebagai Kitab Suci terakhir, Al-Qur’an bersifat menyempurnakan dan ia berbeda dengan kitab-kitab suci sebelumnya; maqruu’ bil-Alsinah (dibaca dengan lidah), maktuub fish-Shahaa’ih (tertulis dalam lembaran), dan madzkuur fish-Shudhuur (diingat dalam dada/ kalbu).

Selanjutnya, tegas Direktur Madania Center tersebut, bahwa makna kitab-kitab suci sebelumnya terhimpun dalam Al-Qur’an; makna Al-Qur’an terhimpun dalam Surat Al-Faatihah; makna Al-Faatihah terhimpun dalam kata Al-Basmalah; makna Basmalah terhimpun dalam huruf ba’ yang intinya adalah titik (nuqthah) pada huruf ba’ tersebut, mengindikasikan keesaan Allah Swt.

“Al-Qur’an bersumber dari Allah, Dzat yang Maha Suci diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. dengan perantara Jibril, al-Malakul-Quds,” kata Rusydi.

Atas dasar itu, Rusydi Sulaiman menegaskan bahwa mengembalikan tradisi ngaji ba’da maghrib di Pulau Bangka adalah keniscayaan.

“Bila kegiatan tersebut berlangsung dari generasi ke generasi, maka nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an akan tersentuhkan di Bumi Serumpun Sebalai tersebut,” tukasnya. (*)