Keranjang Belanja

Rusydi Sulaiman: Idul Adha Momentum untuk Bermuhasabah

Bagikan

MADANIA CENTER BABEL — Direktur Madania Center Bangka Belitung, Rusydi Sulaiman berharap agar perayaan Hari Raya Idul Adha menjadi momentum untuk bermuhasabah diri.

Idul Adha, dikatakannya, sebagai puncak peringatan ibadah haji di Indonesia dan penyembelihan hewan qurban merupakan momentum yang tepat untuk menjadi sosok yang lebih berkemanusiaan—insan kamil, manusia sempurna di sisi Allah Swt.

Muhasabah sendiri mengandung pengertian mengevaluasi diri atas segala sikap dan amal perbuatan kita selama ini dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, status kita sebagai manusia, tiada lain semata-mata untuk menghambakan diri kepada Allah.

Hal tersebut, dibuktikan dengan lantunan kalimat thayyibah untuk mengagungkan Allah meliputi Takbir, tahmid, tasbih, tahlil dan beristighfar, memohon ampunan-Nya.

Selanjutnya yakni merenung atas kemungkinan dosa-dosa yang diperbuat sebelumnya dan berjanji tidak mengulanginya. Kemudian, berazam untuk berbuat baik dan mengamalkan ajaran agama secara istiqomah dan sikap kehati-hatian. Dan meneladani para nabi sebagai orang bijak dalam sejarah peradaban manusia, khususnya yang berhubungan dengan pemberlakuan ibadah haji, bahwa haji adalah murni ibadah, dan bukan untuk tujuan selainnya.

“Muhasabah identik dengan mengukur diri di hadapan Allah Swt. dan juga manusia untuk kelangsungan kehidupan di tengah masyarakat,” kata Rusydi Sulaiman, saat mengisi khatib Idul Adha, di Masjid Al-Furqon, Kamis (29/6/2023).

Selain itu, pihaknya juga berharap agar ibadah haji yang saat ini tengah dijalankan oleh jutaan umat Islam bukan sekedar pemenuhan normatifitas keagamaan sebagai rukun Islam kelima, melainkan memiliki nilai ibadah di hadapan Allah, dan ibadah tersebut menjadi pijakan bagi para hujjaj.

Merujuk pada komprehensifitas ajaran Islam, setidaknya ibadah haji meliputi tiga nilai positif. Pertama nilai akidah, bila akidah adalah pijakan dasar keislaman seseorang dalam meyakini Tuhannya, maka ibadah haji memiliki muatan tauhid—semangat mengesakan Allah.

Kedua, nilai syari’ah, yakni orang yang sudah berhaji berbeda dengan mereka yang belum berhaji. Yang sudah berhaji secara normatif keislaman lebih sempurna ibadahnya, setidaknya adanya keterpenuhan amalan lima rukun Islam.

“Rukun kelima seakan-akan menjadi penutup rukun-rukun lainnya. Selanjutnya dalam ibadah haji terdapat beberapa tahapan sebagai rukun haji dan hal-hal lain yang disunnahkan, pastinya sudah ditunaikan selama berhaji,” jelasnya.

Dan yang ketiga yakni nilai akhlak. Akhlak adalah indikator keperibadian bagi orang yang sudah berhaji, apakah nilai ibadahnya mabrur atau sebaliknya, yaitu mardud.

“Bila akhlak mengandung makna motivasi diri berbuat baik, maka ibadah haji mensyaratkan hal tersebut. Kemabrur-an haji seseorang dapat dilihat dari niat, proses atau pelaksanaan ibadah dan akhlak pasca ibadah haji tersebut,” tandasnya.

Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Dirut PT. Timah TBK. Tak ketinggalan Rusydi juga mendoakan agar perusahaan BUMN itu mampu bertahan dan senantiasa berkontribusi lebih bermakna untuk masa depan masyarakat. (*)