Suasana Baru Peringatan Isra’ Mi’raj di Masjid As-Salaam KaCe, Rusydi Sulaiman: Isra’Mi’raj adalah Peristiwa Metafisik, Berada Diluar Jangkauan Logika Manusia Umumnya

Bagikan

MADANIA CENTER BABEL — Hampir semua masjid di malam ini di Kepulauan Bangka Belitung Ahad malam, malam 27 Rajab 1446 H bertepatan dengan malam 27 Januari 2025 M, selenggarakan kegiatan memperingati Isra’ Mi’raj. Tak ketinggalan Masjid As-Salaam KaCe Mendobarat memperingati dengan suasana baru.

Hadir sebagai penceramah, yaitu Al-Mukarram H.Syamsuni Soleh, SQ., Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kotamadya Pangkalpinang. Selain itu turut hadir Rusydi Sulaiman, salah satu ketua MUI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekaligus penasehat masjid tersebut.

Berbeda dengan suasana sebelumnya sebatas baca hikayat, malam ini ada ceramah tentang peristiwa Isra’ Mi’raj.

Acara yang dipandu oleh Andar, diawali dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an, (Ustadz Solihin) dan secara berturut-turut; ceramah, tahlilan (H.Ruslan), do’a (Abdurrahman) dan acara Nganggung. Wakil ketua masjid, H.Idham Supri dan beberapa pengurus berpartisipasi dalam kegiatan tersebut

Mengawali ceramahnya, H.Syamsuni singgung kata,”KACE”, bukanlah kawin cerai sebagaimana sebutan pihak tertentu, melainkan “KaCe”, Kawasan Cendekia.

Ketua MUI Kotamadya Pangkalpinang tersebut berharap Desa Kace menjadi pusat peradaban apalagi di dalamnya terdapat beberapa sentra pendidikan, seperti pondok pesantren, sekolah, Taman Pendidikan Al-Qur’an dan majelis taklim, juga menetap beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama; akademisi, guru dan profesional.

Menurutnya, Isra’ Mi’raj membawa pesan khusus, yaitu pewahyuan shalat, dari 50 waktu menjadi 5 waktu atas rekomendasi Nabi Musa.

“Maka dari itu, shalat sebagai ibadah utama wajib ditunaikan oleh setiap muslim. Shalat bukan sekedar gerakan, tapi meliputi unsur lain, seperti rukun shalat, pemahaman makna shalat dan hal lain menuju hakikat shalat,” tegasnya.

Rusydi Sulaiman pastinya mengamini pesan tersebut apalagi disentuhkan kepada masyarakat setempat yang hadir; untuk tujuan kebaikan dan kemaslahatan.

Menurutnya, Isra’ Mi’raj adalah peristiwa metafisik, berada diluar jangkauan logika manusia umumnya (supra-rasional). Bayangkan, bahwa Allah Swt. memperjalankan hamba-Nya (Muhammad saw.) dari Masjidul Haram ke Masjidul Aqsha (secara horizontal) dan ke Sidratul Muntaha ( secara vertikal) di malam hari dalam waktu sekejap, didampingi oleh oleh Jibril (Al-Malakul-Quds) dan Buraq (Hayawaan Kahrubaa’iy).

“Penggunaan kata,”subhaana” di awal QS. Surat Al-Israa’ (17) sebagai penegasan (tanziihun), Li Dzikri al-Asyyaa’ al-‘Ajabiyah al-Mu’jizah (untuk mengingat peristiwa ajaib dan mengandung mukjizat). Itulah, Allah menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya,” jelasnya.

Keberkahan di sekitarnya dimaksud adalah; pertama, keberkahan bersifat maadiyah dunyaawiyah ( materi keduniaan(; kedua, keberkahan ruuhiyah diiniyah (spiritual keagamaan) diperuntukkan untuk penduduk di sekitarnya.

Selanjutnya peristiwa tersebut diharapkan menjadi pijakan bagi setiap muslim untuk optimalkan imannya kepada Allah Swt. (*)