MADANIA CENTER BABEL — Sebenarnya tujuan utama kunjungan Prof.Dr.KH.Husnan Bey Fannanie ke Bangka adalah menghadiri resepsi pernikahan putri KH.Sopyan Abu Yamin yang berlokasi di Pondok Modern Daarul Abror KaCe, Mendobarat, Bangka, tapi malam harinya (ahad, 6 juli 2025) dimanfaatkan oleh IKPM Gontor Bangka Belitung untuk kegiatan sarasehan dengan alumni Gontor.
Husnan Bey adalah cucu dari salah satu Trimurti Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur dari seorang ayah, bernama Rusydi Fannanie. Masa kecilnya di Jakarta hingga lulus Sekolah Menengah Pertama, kemudian nyantri di Gontor. Studi lanjutnya di Pakistan, Belanda dan UIN Syahid Jakarta. Husnan Bey kini adalah Guru Besar bidang Sejarah Peradaban Islam yang sebelumnya sempat menjadi duta besar RI di Azarbayjan selama 4 tahun.

Bukan semata-mata karena bagian dari kekerabatan Gontor (cucu Trimurti), tapi Husnan Bey sangat mendalami kehidupan di Gontor; hakikat, visi misi, jiwa, motto, tradisi dan prinsip kepesantrenan Gontor. Hal tersebut menjadi alasan mengapa Guru Besar tersebut diundang menjadi narasumber dalam kegiatan sarasehan yang digagas oleh Ustadz Edward Setiawan, ketua IKPM Gontor Bangka Belitung. Selain itu, Husnan Bey juga pengurus Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor dan ketua panitia Satu Abad Gontor.
Malam itu, Husnan Bey mengulang kembali uraian tentang hakikat Gontor sebagai lembaga pendidikan, lebih spesifik biografi KH.Zainuddi Fannanie dan perannya untuk kemajuan pendidikan Gontor. 4 motto; berbadan sehat, berbudi tinggi, berpengetahuan luas dan berpikir bebas; diurai agak detail dalam sarasehan tersebut.

Ia berharap apa yang didapatkan selama di Gontor, diamalkan di tengah masyarakat. Gontor memiliki metode tersendiri dalam mendidik santrinya jauh sebelum Indonesia merdeka.
Rusydi Sulaiman, Direktur Madania Center dan pengurus Badan Wakaf Daarul Abror sempatkan hadir malam itu, bersapa langsung dengan Husnan Bey. Mereka saling mengenal sejak di Gontor karena sesama alumni 86 dan intensitas pertemuan mereka di jakarta sebelumnya.
Selain Prof.Dr.KH.Husnan Bey Fannanie sebagai narasumber utama, Rusydi Sulaiman menyampaikan sekilas periode Islam dan peran orang- orang bijak termasuk Iskandar Dzul-Qornain yang hidup 4 abad sebelum Masehi (SM). Tinggal bagaimana kemudian alumni memerankan diri di bidang yang ditekuni.
Mengamini uraian cucu Trimurti tersebut, Rusydi Sulaiman yang juga Dekan FDKI IAIN Syaikh Abdurrahman mengajak alumni Gontor dan simpatisan untuk memperkuat peradaban dimana berada. Serunya: ” Act Locally , think Globally”.
Sarasehan dilanjutkan dengan tanya jawab, do’a penutup oleh Ustadz Nursidi dan foto bersama. Ikut serta dalam sarasehan tersebut antara lain: KH.Sopyan Abu Yamin, K.Syamsuddin, KH.Sopyan Abdurrahman dan Imam Wahyudi.
Alhamdulillah kegiatan malam itu berlangsung khidmat hingga jam 23.00. Setidaknya hal tersebut memediasi para alumni Gontor untuk bersilaturrahim dan saling tegur sapa setelah sekian lama tak bersua. Wassalam. (*)





