MADANIA CENTER BABEL — Guna memperluas wawasan dan membuka cakrawala para santri, Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah yang terletak di Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan menggelar Talk Show, Senin (9/10/2023).
Mengusung tema “Semesta Al-Ittifaqiah: Santri dan Dinamika Peradaban”, kegiatan tersebut dipusatkan di Kampus D, dan diikuti oleh ribuan santri.
Acara tersebut juga mengundang Direktur Madania Center sekaligus Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam IAIN Syeikh Abdurahman Siddiq Bangka Belitung, Rusydi Sulaiman sebagai narasumber, didampingi oleh Mudir Ponpes Al-Ittifaqiah KH Mudrik Qori, serta Ferry Martedi sebagai moderator.
Saat kedatangannya di Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah, Rusydi Sulaiman beserta isteri, Quratul Faizah disambut oleh Rektor IAIQI (Institut Agama Islam Al-Qur’an Al-Ittifaqiah) Indralaya beserta pimpinan lainnya di Kampus A sebelum sesi seminar dan talk show di Kampus D.
Dalam kesempatan itu, Rusydi Sulaiman menegaskan bahwa, jika para santri ingin berada di posisi yang sangat aman dalam menghadapi dinamika peradaban, maka santri harus bersikap dua hal penting diantaranya, memelihara nilai-nilai lama yang baik, dan mengadopsi nilai-nilai baru yang diasumsi lebih baik. (“al-Muhaafazhah ‘alal-Qadiimish-Shaalih, wal-Akhdzu bil-Jadiidil-ashlah”).
“Jika kedua hal tersebut dipegang dengan kuat, maka santri dipastikan mampu menghadapi dinamika peradaban yang terjadi di zamannya,” kata Rusydi.
Mengutip QS. Ali Imron (3) :96 dan QS. Al-Baqarah (2) :127-129 dan QS. Al-Ahzab (33):21 serta beberapa riwayat, Rusydi Sulaiman mengajak para santri untuk berpijak dan meneladani orang orang bijak sekelas nabi dan Rasulullah seperti Adam as., Ibrahim as. hingga Muhammad saw.
Santri akan aman bila melekat kepadanya 3 wujud budaya yang berkembang menjadi peradaban, yaitu: wujud ideal (mawashib ‘aqliyah), wujud kelakuan ((khashaa’ish adabiyah) dan wujud material peradaban (al-Imkaanat al-Maadiyah).
“Berpijak kepada orang penting sekelas nabi dengan keseluruhan idealisme yang mereka miliki atau prinsip yang diwariskan kepada generasi berikutnya, maka santri harus membekali dirinya dengan ilmu alat untuk semangat berperadaban,” bebernya.
Kajian-kajian yang mendalam juga diharapakan dilakukan oleh para santri, selain kemudian mereka kompeten atau mumpuni di bidang Al-Qur’an dan sumber-sumber agama Islam yang lainnya.
Ia juga menyampaikan beberapa hal terkait dengan hakekat, prinsip, ruh, dan tradisi yang harus dimiliki oleh Pondok Pesantren dalam rangka membina, mendidik dan mengasuh para santri.
Terlebih di era milenial ini, Rusydi Sulaiman berharap Pondok Pesantren mampu melahirkan generasi kuat dan berprestasi serta bermanfaat untuk umat.
Dalam Talk Show tersebut juga dibuka sesi tanya jawab oleh para santri, sehingga acara semakin menarik dan terjadi komunikasi dua arah antara santri dan narasumber.
Di akhir acara, tak lupa Rusydi Sulaiman memberikan beberapa buku terbitan MC Press kepada KH. Mudrik Qori, Mudir Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah dan juga santri bernama Rinto. Sebaliknya mudir juga memberikan cinderamata kepada narasumber sebagai bentuk apresiasi dan terimakasih.
Diketahui bahwa Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah berdiri sejak 10 Juli 1967, di bawah naungan Yayasan Al-Ittifaqiah Indralaya. Berakidah Ahlussunah wal Jama’ah, bertipe pesantren modern dengan ciri khas pendidikan Al-Qur’an.
Saat ini, Ponpes tersebut memiliki 7.847 santri dan 30.152 alumni, serta 867 SDM terdiri dari 470 pendidik dan 397 karyawan, dengan mengutamakan masyarakat miskin dan anak yatim. (*).